The Ol’Sleepy Head

Dahulu kala ketika aku masih kecil, di kampung halamanku, Alabama Selatan, setiap kali aku bandel dan tak segera mau tidur, semua yang harus dilakukan oleh orang rumah adalah mengantarku ke ranjang lalu bercerita tentang si Ol' Sleepyhead - wanita gila yang tak pernah bisa tidur. Cerita itu selalu berhasil membuatku langsung pergi tidur tepat setelah lampu-lampu dimatikan.

Beginilah kisahnya,

Nyonya Flower mencoba berbagai macam cara supaya bisa tertidur. Entah berendam air hangat, membaca buku paling membosankan, atau menghitung domba dalam benaknya. Dan meskipun biasanya dia benci minuman beralkohol, setiap malam ia akan membuka botol whiskey milik almarhum sang suami untuk dicampurkan ke dalam minuman Toddy panasnya sebelum pergi ke kamar - tapi semua tak membuahkan hasil. Dia menjadi kelelahan luar biasa tanpa cukup beristirahat, tenaganya semakin menipis dengan aktivitas harian yang begitu padat. Kulitnya berubah pucat, dan matanya merah dikelilingi lingkar hitam. Keadaanya pun sampai pada kondisi dimana dia merasa gugup untuk tidur sama sekali. Di setiap pagi, kokokan ayam jago serta cahaya sinar mentari merasuk melalui jendela kamar, yang mana menandakan telah usainya satu dari malam-malam begadangnya hingga malam begadang selanjutnya kembali datang. Teman-teman yang mengundang Nyonya Flowers untuk menghadiri suatu acara penting pun terhenyak menyaksikan penampilannya, kemudian mereka akan saling berbisik pada satu sama lain tentangnya yang hampir terlihat seperti mayat berjalan.

Dalam keputus asaannya, Nyonya Flowers memutuskan untuk mendatangi seorang dukun wanita setempat yang tinggal di sebuah gubuk tua di ujung rawa. Mungkin dukun itu bisa memantrainya atau memberikan ramuan agar dia bisa tertidur. Kebanyakan penduduk sekitar takut berada dekat dengan si dukun, mereka berpikir dia adalah jelmaan dari penyihir jahat. Namun Nyonya Flowers yang malang dan sudah sangat kelelahan merasa tak lagi memiliki jalan keluar.

Maka pada suatu siang, Nyonya Flowers berkendara menyusuri jalan panjang berlumpur menuju kediaman si dukun wanita. Pepohonan lebat nun gelap dan berlumut seolah-olah mengepungnya ketika dia berkendara semakin masuk kedalam rawa-rawa. Kerumunan lalat hitam berterbangan di depan wajahnya, ular-ular beracun menelusup keluar masuk dari semak-semak pinggir jalan. Bagaimana bisa ada orang yang mau tinggal di tempat mengerikan seperti ini, tanyanya dalam hati.

Setelah rasanya seperti sudah berkendara selama hampir berjam-jam, diapun tiba di depan sebuah gubuk reyot. Pekarangannya tandus dan dipenuhi berbagai macam sampah rongsokan. Ayam-ayam kurus berkeliaran di sekitarnya. Mencekeri tanah kesana kemari, berjuang menemukan remah sisa makanan apapun yang bisa mereka temukan. Melihat pemandangan kelam yang mengitarinya, dia mulai berpikir kalau ini bukanlah ide yang bagus.

Pun akhirnya, Nyonya Flowers tetap turun dari kendaraanya, dan dengan agak ragu-ragu ia mengetuk pintu depan gubuk suram tersebut. Awalnya tidak terdengar ada jawaban dari dalam, dan jauh dalam hatinya, Nyonya Flowers merasa lega karena tak ada orang di gubuk reyot itu, iapun hendak berbalik pergi. Namun tiba-tiba saja pintu perlahan membuka, menimbulkan suara berkeriut oleh sebab engsel-engselnya yang karatan. Dengan was-was Nyonya Flowers membalikan tubuhnya, di sana, di ambang pintu yang gelap, si dukun wanita berdiri.
Dia adalah nenek-nenek tua berambut panjang kusut, bak sarang laba-laba, berkuku lancip, nun kotor, juga terdapat kutil besar di dagunya. Si dukun segera menyambut kedatangan Nyonya Flowers, sambil menyeringai lebar memamerkan gigi-gigi kuning busuknya yang tinggal sisa lima atau enam buah, ia mendesis parau,

"Senang sekali bertemu dengan Anda. Silahkan masuk."

Dia memandu Nyonya Flowers memasuki sebuah ruangan gelap dan apak lalu mengisyaratkannya untuk menduduki sebuah sofa kotor penuh tumpukan kain bekas di sudut ruangan. Tanpa banyak berbasa-basi Nyonya Flowers segera memberitahukan masalah sulit tidurnya kepada sang dukun tua, berkata bahwa ia akan melakukan apapun untuk bisa tidur nyenyak dan nyaman walau barang semalam saja. Nenek peyot itu mengangguk-ngangguk kemudian beranjak ke dapurnya. Dia kembali dengan membawa sebuah botol hitam kecil yang berisi semacam cairan kental.

"Ini akan manjur, terbuat dari campuran air cuka buah ceri serta sayap kelelawar yang tengah dalam masa hibernasi. Jika meminumnya kau akan tidur pulas, sepulas-pulasnya. Tak ada seseorang atau sesuatupun yang bisa mengusik tidurmu hingga kau benar-benar sudah beristirahat sepenuhnya."

Nyonya Flowers berpikir sejenak, kemudian menerima botol mungil tersebut. 

"Terima kasih banyak," ucapnya pada si dukun tua. "Berapakah yang harus saya bayar untuk ini?"

Dukun wanita tua itu hanya mengibaskan tangannya sambil menyeringai.
"Suatu kesenangan dapat membantumu," dia mendesis. "Nikmati saja tidurmu malam ini."

Dengan ramuan di tangan, Nyonya Flowers pun kembali pulang, setelah sampai, ia langsung meminum habis cairan pahit itu. Mulutnya meringis oleh sebab rasanya yang menjijikan. Namun sebelum dia sempat menyadarinya, tiba-tiba kelopak matanya terasa semakin berat dan berat untuk dibuka. Dia pun terhuyung huyung menuju ke pembaringan, dan segera menghempaskan tubuhnya memasuki alam peristirahatan yang penuh kedamaian, seulas senyum tipis tersungging di bibirnya.

Sementara itu, jauh di gubuk dalam rawa, si dukun tua diam menanti hingga waktunya tiba. Dan setelah beberapa hari berlalu, ia mulai beraksi, ia menyebarkan desas-desus tidak sedap ke tengah-tengah masyarakat kalau ada sesuatu yang tidak beres terjadi di kediaman Flowers. Sudah berhari-hari Nyonya Flowers tak terlihat, apakah jangan-jangan dia telah tiada akibat kondisi kesehatannya yang semakin parah? Ditambah lagi, perawakannya yang semakin hari kian menyerupai mayat hidup.

Tak lama berselang, sekelompok warga pun berduyun-duyun mendatangi perladangan Flowers guna memeriksa apa yang terjadi di sana. Mereka mengetuk pintunya, namun tak ada jawaban, padahal mereka melihat kendaraan si pemilik rumah terparkir di halaman rumah. Mereka pun berlarian ke sekeliling tempat itu, mengintip melalui setiap jendela namun tak mendapati apapun yang ganjil di dalam. Hal ini membuat kekhawatiran mereka malah semakin besar, mereka pun memutuskan untuk mendobrak pintu depan dan menggeledah sepenjuru rumah. Akhirnya mereka menemukan keberadaan Nyonya Flowers di lantai atas, terbaring penuh kedamaian diatas ranjang. Mereka mencoba membangunkannya, tapi wanita itu tak bergeming. Kulitnya dingin saat di sentuh. Mereka mencoba mendengar irama detak jantungnya serta hembus nafasnya, tetapi tak terdengar apapun. Dengan berat hati mereka pun menyimpulkan bahwa Nyonya Flowers sudah tak lagi bernyawa.

Semua kenalannya di kota merasa turut berduka setelah mendengar berita tentang kematiannya, namun mereka juga merasa mungkin inilah yang terbaik untuknya, karena akhirnya ia bisa beristirahat dengan tenang setelah sekian lama mendambakan kedamaian. Mereka membaringkan tubuhnya di ruang tengah, dan menungguinya semalaman, saling berbagi kenangan antara sesama pelayat tentang Nyonya Flowers semasa hidup. Pada hari selanjutnya mereka membawa tubuh Nyonya Flowers yang sudah dibaringkan dalam sebuah peti dari kayu pinus menuju ke area pemakaman kuno yang terletak di kaki bukit, dan memasukan petinya ke dalam rongga tanah yang baru mereka gali, disamping makam sang suami.

Sementara peti diturunkan perlahan ke dalam tanah, Nyonya Flower mulai terbangun dari tidur panjangnya. Kau tahu sendiri kan, ramuan yang diberikan oleh si dukun tua telah mengakibatkan hembus nafasnya menjadi samar, dan jantungnya seolah-olah tak berdetak, yang mana mustahil untuk mereka ketahui jika hanya dilihat dari luar. Ramuan tersebut juga menyebabkan suhu tubuhnya menurun begitu rendah hingga kulitnya terasa dingin saat disentuh. Nyonya Flowers awalnya tak tahu dimana ia berada hingga suara timbunan pasir diatas petinya terdengar. Sontak dengan panik ia gedor-gedor tutup peti tersebut dan berteriak,

"Keluarkan Aku! Aku tidak mati! kau mendengarku? Aku beum mati!"

Namun teriakannya teredam oleh bunyi "brug, brug, brug" dari sekop demi sekop tanah yang dilontarkan ke atas tutup petinya. Dan dalam beberapa menit akhirnya dia pun terkubur hidup-hidup.

**************************************************

Semua kejadian yang telah terjadi, berlangsung sesuai apa yang sudah direncanakan si dukun tua. Karena sebenarnya, sudah lama ia memendam rasa iri dengki terhadap pasangan Tuan Flowers dan Nyonya Flowers, dengan ladang subur serta cadangan makanan mereka yang melimpah ruah. Sedangkan yang dia miliki hanyalah beberapa ekor ayam kurus.
Maka segera saja setelah usainya upacara pemakaman, dia menyelinap memasuki ladang keluarga Flowers untuk mencuri ayam, kuda, dan sapi sebanyak yang dia bisa. Hingga menjelang akhir minggu, dia telah menjarah hampir semua cadangan makanan milik keluarga Flowers. Untuk merayakan kesuksesan dari rencana besarnya, ia pun bersantai di kursi goyang favoritnya, berayun maju mundur menimbulkan bunyi keriat-keriut, lalu menengak seteguk penuh anggur buah ceri buatannya sendiri. 
Dia terus minum sampai jatuh tertidur dengan pulasnya.

Malam itu, si nenek tua tiba-tiba terperanjat bangun oleh suara melengking kokokan ayam jago. Dia mengintip keluar jendela dengan matanya yang dipenuhi urat berwarna merah, dia mendapati keadaan di luar masih gelap gulita. Mengapa ayam itu berkokok selarut ini? dia menggerutu sembari merentangkan tubuhnya lalu menempatkan sebuah bantal di bawah kepala, namun suara kokokan terus berlanjut, bahkan semakin menjadi-jadi kencangnya. Hingga dalam sekejap hilanglah sudah rasa kantuknya, dengan sekonyong-konyong ia bangkit berdiri lalu berderap keluar menuju pekarangan rumah.

"Diam!!!" Ia berteriak marah sambil berlari-lari mengelilingi pekarangan mengejar ayam-ayamnya yang ketakutan. Anehnya, walaupun suara kokokan terus meraung-raung di udara, dia tak dapat menemukan si ayam sumber dari bunyi itu.

Hal yang sama terus berulang malam demi malam. Setiap kali dia hampir jatuh tertidur menuju alam mimpi, lengkingan suara ayam berkokok selalu memaksanya untuk kembali ke dunia nyata. Dan ia akan berlari keluar pekarangan seperti orang kesetanan lalu berteriak,

"DIMANA KAU AYAM TERKUTUK?!!! KALAU AKU MENEMUKANMU AKAN KU CINCANG HABIS KEPALAMU!!!"

Namun kokokan si ayam misterius malah semakin kencang dan kencang bunyinya. 
Hingga pada suatu malam, setelah dua minggu lamanya tak bisa tidur barang sedikitpun, si nenek peot stres itu mengambil sebuah kampak kemudian memotong semua kepala ayam yang telah ia tangkap sampai tak tersisa. Tetapi suara kokokan itu tetap tak berhenti juga. Sebenarnya sejak awal masalah tidur itu bisa dengan mudah ia atasi, dia cuma harus meminum ramuan yang sama seperti yang dulu ia berikan kepada Nyonya Flowers, namun ketamakan hatinya selalu berbisik bahwa jika ia terus tertidur, siapa saja bisa menjarah semua ternak dan cadangan makanan yang telah susah payah dia curi.

Maka setelah berbulan-bulan lamanya tanpa bisa tidur, si nenek tua perlahan menjadi gila. Dia mulai meyakini kalau ayam itu tengah meledeknya, suara kokokannya semakin hari kian terdengar menyerupai gelak tawa penuh penghinaan. Si nenek tua menyambar kapaknya lalu berlari keluar sambil berteriak-teriak di tengah gelapnya malam, membacok apapun itu yang dilihatnya. Sementara ia berkeliaran tanpa tujuan, seluruh pelosok rawa dipenuhi oleh hiruk pikuk suara yang tak tertahankan riuhnya, seolah-olah semua pepohonan juga jangkrik-jangkrik rawa turut bergabung menyemarakkan simfoni penghinaan terhadap si nenek tua.

Sejak saat itu, si nenek tua tak pernah kembali ke rumah. 


*************

Beberapa bulan kemudian, sekelompok pemancing menemukan sisa mayat membusuk si nenek tua, di tubuhnya masih terbalut gaun tidurnya yang sudah compang-camping tak karuan, dan di kerangka tanganya tergenggam sebuah kapak.

Selama bertahun-tahun semenjak kejadian itu, masyarakat yang berani memasuki rawa tersebut pada malam hari, mengaku telah menyaksikan hantu dari si nenek peot insomnia bergentayangan di sela-sela pepohonan, dengan ganas mengayunkan kapaknya ke segala arah. Anak-anak kecil di kota menjulukinya si "Ol' Sleepyhead," dan dia pun menjadi bagian dari legenda kota setempat. Namun beberapa waktu yang lalu, orang-orang konstruksi telah mengeringkan rawa itu, kemudian mereka membangun lajur jalan tol baru yang melalui area tersebut, seketika saja hal ini menyebabkan berhenti munculnya penampakan si hantu Ol' Sleepyhead di tempat yang bersangkutan.

Apakah ayam jago misterius itu adalah penjelmaan dari arwah penuh dendam Nyonya Flowers? Aku rasa, kita takkan pernah tahu. Namun satu hal paling bermakna yang ku pelajari dari cerita di atas adalah bahwa tidur cukup di malam hari itu amat sangatlah penting.

Komentar